MAKALAH
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI RT.001 RW.001
DUSUN KRAJAN DESA SUMBERKEDAWUNG
KECAMATAN LECES KABUPATEN PROBOLINGGO
PROVINSI JAWA TIMUR
Dosen Pembimbing : Umi Narsih, M.Pd.
Disusun Oleh:
Solehati Nur Fadilah (15401.06.13046)
D
III KEBIDANAN
STIKES
HAFSYAWATI ZAINUL HASAN GENGGONG
TAHUN
AKADEMI 2013/ 2014
KATA PENGANTAR
Atas
rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penyusun bersyukur dan berterima kasih, karena
penyertaan-Nya penuyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusun
berharap semoga makalah ini bermanfaat dikemudian harinya sebagai sumber informasi
bagi banyak orang.
Dalam
penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak
kekurangannya. Jika terjadi kekeliruan didalam makalah ini penyusun mohon maaf
sebesar-besarnya. Kritik dan saran penulis terima, atas perhatiannya penyusun
mengucapkan terima kasih.
Probolinggo,
01Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………...i
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………...ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………..2
C. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………..2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri Masyarakat di Desa Sumberkedawung………………………… 4
B. Aspek Sosial Budaya yang Berada di Desa Sumberkedawung…………..6
C. Pendekatan Sosial Budaya di Desa Sumberkedawung…………………..
9
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………….11
B. Saran…………………………………………………………………….11
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Upaya
Kesehatan adalah setiap kegiatan dan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan
masyarakat. Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, profesional, dan bermutu.
Penyelenggaraan
upaya kesehatan diutamakan pada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan,
tanpa mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan kesehatan. Penyelenggaraan
upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan antara pemerintah,
masyarakat, dan swasta. Menghadapi tantangan dan tuntutan pembangunan
kesehatan, perlu dilakukan reorientasi upaya kesehatan, yaitu berorientasi pada
desentralisasi, globalisasi, perubahan epidemiologi, dan menghadapi keadaan bencana.
Pengembangan
upaya kesehatan perlu memanfaatkan teknologi kesehatan atau kedokteran dan
informatika yang semakin maju, antara lain : pembuatan berbagai vaksin,
pemetaan dan test dari gen, terapi gen, tindakan dengan intervensi bedah yang
minimal, transplantasi jaringan, otomatisasi administrasi kesehatan dan kedokteran,
upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan komputerisasi, serta
telekomunikasi jarak jauh. Pelayanan kesehatan terus dikembangkan dan
kegiatannya harus bertumpu kepada fungsi sosial yang dikaitkan dengan sistem
jaminan kesehatan sosial nasional.
Upaya
kesehatan diutamakan pada berbagai upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi
dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk rentan, antara
lain: ibu, bayi, anak, usia lanjut, dan keluarga miskin.Setiap orang mempunyai
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Selain itu setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh keterjangkauan dan kemudahan akses ke
sarana pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan beberapa faktor penentu antara
lain : jarak tempat tinggal dengan sarana kesehatan, waktu tempuh dan alat transportasi
ke sarana kesehatan, serta status sosial ekonomi dan budaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat di jelaskan adalah
1. Bagaimanakah
ciri-ciri masyarakat di Desa Sumberkedawung
?
2. Bagaimanakah
aspek sosial budaya yang berada di Desa Sumberkedawung dalam upaya kesehatan
ibu dan anak ?
3. Apa
saja pendekatan sosial budaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah di Desa Sumberkedawung ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Dari
rumusan masalah di atas, maka memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Untuk
mengetahui ciri-ciri masyarakat di Desa Sumberkedawung.
b. Untuk
mengetahui aspek sosial budaya yang berada di Desa Sumberkedawung dalam upaya kesehatan
ibu dan anak.
c. Untuk
mengetahui pendekatan sosial budaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah di Desa Sumberkedawung.
2. Manfaat
Dari
rumusan masalah di atas, maka memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Masyarakat
lebih mengetahui tentang bagaimana pertolongan persalinan oleh tenaga
non-medis. Masyarakat lebih bisa mengetahui apa keuntungan dan kerugian
pertolongan persalinan oleh non-medis.
b. Kerjasama
antara tenaga medis dan non-medis terus terjalin untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan teutama di desa.
c. Untuk
mahasiswa sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
d. Untuk
institusi sebagai referensi dalam kegiatan perkuliahan untuk mencapai
peningkatan mutu dan kualitas mahasiswa dalam mencapai akreditasi.
BAB II
PEMBAHASAN
KEHIDUPAN
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI RT.01 RW.01
DUSUN
KRAJAN
DESA SUMBERKEDAWUNG
KECAMATAN
LECES
KABUPATEN PROBOLINGGO
PROVINSI
JAWA TIMUR
A. Ciri-ciri Masyarakat
di Desa Sumberkedawung
Desa
adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan tersendiri, atau desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi
,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah),
dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Suatu
pedesaan masih sulit umtuk berkembang, bukannya mereka tidak mau berkembang
tapi suatu hal yang baru terkadang bertentangan dengan apa yang leluhur hereka
ajarkan karna itu masyarakat pedasaan sangat tertutup dengan hal-hal yang baru
karena mereka masih memegang teguh adat-adat yang leluhur mereka ajarkan.
Disuatu
desa sangat terjangkau fasilitas seperti rumah sakit, sekolah, apotik atau
prasarana dlm hal pendidikan dan kesehatan maupun teknologi mereka masih
mengandalkan dukun atau paranormal dlm hal kesehatan mungkin hanya puskesmas
yang ada di desa tapi itupun belum tentu ada di setiap daerah. Maupun
pendidikan masih kurangnya sarana pendidikan didesa didlm sutu kecamatan
terkadang hanya satu atau dua sekolahan saja, karena susahnya bantuan masuk
dari pemerintah untuk membangun sekolah-sekolah di daerah desa dan terkadang jarang guru yang mau mengajar di
daerah pedesaan.
Masyarakat
pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang
biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan
masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial
religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian
karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Masyarakat pedesaan juga ditandai
dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu
perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa
seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk
berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat,
karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling
menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan
kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Ciri-ciri
masyarakatdesa terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum. Ada
beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat pedesaan yaitu :
1. Kehidupan
didesa masyarakatnya masih memegang teguh keagamaan atau adat dari leluhur
mereka (menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya).
2. Warga
pedesaan lebih condong saling tolong-menolong tidak hidup individualisme
(sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan).
3. Sebagian
besar warga masyarakat mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani (hidup dari
pertanian).
4. Fasilitas-fasilitas
masih sulit ditemukan desa.
5. Warganya
masih sulit untuk menerima hal baru atau mereka tertutup dengan hal-hal yang
baru (mudah curiga).
6. Sederhana.
7. Lugas
atau berbicara apa adanya.
8. Jika
berjanji, akan selalu diingat.
Sedangkan cara beradaptasi
mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi sikap kekeluargaan dan gotong
royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah sikap sopan santun yang
kerap digunakan masyarakat pedesaan.Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan
warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas
dasar sistem kekeluargaan.
B. Aspek Sosial Budaya
di Desa Sumberkedawung
Masyarakat
nampaknya masih mempertahankan kelestarian budayanya. Meskipun telah mendapat
pengaruh luar dari generasi ke geneasi, namun keberadaan ritual dan juga budaya
setempat masih dijunjung tinggi. Hal ini terlihat dari ritual yang dilakukan
pada ibu yang tengah mengandung bayi , bersalin,dan nifas. Sebenarnya kekayaan
budaya yang dimiliki oleh masyarakat tidak terbatas pada ritual-ritual itu saja
, namun juga tergores sejuta sejarah yang diwariskan menjadi budaya lainnya
yang begitu kaya sehingga tak cukup waktu untuk menjelaskannya dalam
lembaran-lembaran saja. Dalam makalah ini khusus dibahas mengenai ritual adat
saat masa kehamilan, bersalin, dan nifas, serta makanan pantangan bagi ibu
hamil,bersalin,dan nifas.
1. Upacara
Adat saat Kehamilan
Seperti halnya budaya
di daerah lain, di Desa Sumberkedawung
juga mengenal adanya upacara tujuh bulanan. Saat usia kehamilan mencapai tujuh
bulan, dilakukan siraman dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa
khusus.Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa
restu, supaya suci lahir dan batin.Setelah upacara siraman selesai, air yang
ada di dua buah kendi dipergunakan untuk mencuci muka. Setelah air dalam kendi
habis, satu kendi dipecahkan dan satunya disimpan.Setelah itu , ibu diberi
makanan oleh orang tua kampung yang dipercaya memiliki kekuatan magis. Makanan
yang diberikan yaitu, sepiring beras pulut merah, telur ayam dadar, dan juga
manisan yang terbuat dari sari gula aren.Dalam satu suapan, makanan disusun di
atas sendok sebelum disuguhkan kepada ibu untuk dimakan. Nasi diletakkan di
bagian bawah, kemudian di atasnya diletakkan telur,dan terakhir ditambahkan
manisan.
2. Makanan
Pantangan saat Hamil karena Budaya
Permasalahan yang cukup
besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena
adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi
dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup
tinggi terutama di daerah pedesaan.Beberapa kepercayaan yang ada di Desa Sumberkedawung misalnya, ada kepercayaan bahwa ibu hamil
pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging
karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara itu ada juga yang
mempercayai bahwa , ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di
masyarakat berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting
karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Hal ini membuat ibunya kurang gizi,
berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat
mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.Saat hamil , ibu dilarang untuk
memakan makanan hasil buruan ,apalagi hewan hasil buruan suami karena dipercaya
bahwa bayi yang akan lahir akan terlahir cacat dan bahkan meninggal. Misalnya ,
seorang ibu tidak boleh makan daging burung yang didapatkan dari hasil tembakan
di hutan, karena apabila burung itu mati karena peluru yang bersarang di kaki,
maka bayi ibu akan lahir dengan kondisi cacat di kaki ,dan bahkan meninggal.
3. Upacara
Adat saat Persalinan
Dalam
persalinan, sebenarnya dilakukan ritual saja, bukan sebuah upacara adat yang
besar. Ketika ibu sudah merasakan bahwa ia akan melahirkan bayi ,maka orang tua
ibu tersebut akan mencuci dan membilas kakinya dengan bersih . Setelah itu, air
dituangkan dari mata kaki orang tua ibu hingga ujung jari kaki. Airnya
ditampung dalam sebuah wadah. Air itu kemudian diberikan kepada ibu untuk
diminum. Satu tegukpun cukup.Ini dilakukan untuk membantu persalinan ibu agar
lebih lancar tanpa suatu kendala apapun.
4. Makanan
Pantangan saat Persalinan
Selain
pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada
masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuran ini biasanya berkaitan dengan
proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya
dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang
dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional,
ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan
kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan
untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan
kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar
karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh.
5. Upacara
Adat saat Nifas
Masyarakat
di Desa Sumberkedawung
mengenal
tradisi penguburan ari-ari setelah ari-ari lahir. Ari – ari dimasukkan di dalam
tempurung kepala atau kendi. Ari-ari yang telah disimpan di dalam tempurung
kelapa atau kendi tersebut kemudian ditanam ke dalam tanah oleh dukun dengan
rangkaian doa-doa pula.
6. Makanan
Pantangan saat Nifas
Saat
masa nifas , ibu tidak diperbolehkan makan makanan yang diolah dengan santan
dan minyak. Ibu juga tidak boleh makan daging, dan juga telur. Sebagai
pengecualian, ibu hanya boleh makan daging ikan yang dibakar. Hal ini
dimaksudkan agar luka bekas bersalin cepat sembuh.
C.
Pendekatan
Sosial Budaya yang di Lakukan Pemerintah di Desa Sumberkedawung
Salah satu program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di
kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan Anak
adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan perinatal.Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
dan kesehatan anak terutama di desa maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan
harus menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga non medis seperti dukun dengan
mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat:
1. meningkatkan kemampuan dalam menolong
persalinan.
2. dapat mengenal tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan dan persalinan.
Selain
bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa juga bekerja sama
dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan pos yandu.
Biasanya masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan
tugasnya tersebut sebagai kader.Tugas dan fungsi bidan utama bidan desa adalah
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Banyak
upaya-upaya pendekatan sosial budaya yang sudah dilakukan pemerintah di Desa Sumberkedawung antara lain yaitu :
1. Upaya
mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian
maternal.
3. Upaya
untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong
perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya
untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan profesional.
5. Merupakan
proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah mereka
sendiri.
6. Upaya
untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Pemeliharaan
dan pengawasan kualitas lingkungan.
8. Pengendalian
dampak resiko pencemaran lingkungan.
9. Pengembangan
wilayah sehat.
10. Peningkatan
dan pemerataan imunisasi dasar lengkap.
11. Pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dan penduduk miskin.
12. Peningkatan
pelayanan kesehatan ibu, KB dankesehatan anak.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pertolongan
persalinan oleh tenaga non-medis tidak bisa dihilangkan karena sudah merupakan
suatu kepercayaan dan sudah melekat dalam budaya. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan non-kesehatan masih diperlukan pada daerah-daerah yang masih
minimnya tenaga kesehatan khususnya bidan.
Kerjasama
antara bidan dan pemerintah dengan tenaga kesehatan non-medis sangat diperlukan
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. kerjasama yang bisa dilakukan
seperti misalnya dalam pemberian pelatihan kepada para tenaga kesehatan
non-kesehatan atau keikut sertaan pemerintah sangat penting untuk menunjang
sukesnya pelatihan dengan pemberian bantuan alat-alat untuk menolong persalinan
seperti gunting tali pusat, sehingga infeksi saat pemotongan tali pusat bisa
diturunkan.
B.
Saran
Sebagai
seorang Bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang maksimal. Tuntutan seorang
bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari
itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan
baik itu , penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.
Sebagai
tenaga kesehatan sudah menjadi tugas bagi kita untuk memberikan informasi yang
benar dan jelas kepada masyarakat dalam hal ini ibu menyusui. Memang tidak
mudah meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah turun temurun ada di
masyarakat. Tetapi alangkah baiknya jika kita sebagai tenaga kesehatan mampu
mengubah pola pikir masyarakat tentang mitos-mitos seputar ibu menyusui.
1. Untuk
masyarakat
Diharapkan masyarakat ikut lebih
memperhatikan tentang kesehatan atau ibu terutama dalam proses persalinannya.
Diharapkan masyarakat lebih menyeleksi
dalam memilih penolong persalinannya.
2. Untuk
pemerintah
Diharapkan pemerintah ikut serta dalam
memberikan dukungan seperti pelatihan dan pemberian alat-alat pertolongan
peralinan gratis kepada dukun.
Diharapkan pemerintah bisa membantu alam
pemerataan bidan atau tenaga kesehatan sampai daerah pedalaman sehingga mutu
kesehatan meningkat sampai daerah-daerah terpencil.
3. Untuk
Peraji (dukun)
Diharapkan para dukun memiliki kesadara
untuk meningkatkan pengetahuannya dan menerima pelatihan-pelatihan yang
diberikan.
4. Untuk
Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil tidak hanya
memeriksakan kehamilannya di dukun tetapi jugs di bidan agar bisa mendeteksi
dini tanda-tanda bahaya kehamilan.
5. Untuk
Tenaga Medis
Diharapkan tenaga medis bersedia
menjalin kerjasama dan berbagi ilmu dengan para dukun beranak atau peraji.
DAFTAR
PUSTAKA
Kartika, Sofia. 2004. Kerjasama Dukun
dan Bidan Desa untuk Menekan AKI dan AKB.
Ketua Mitra Peduli Kependudukan/Milik
Jabar. 2006. Pikiran Rakyat Bandung.
prawirahardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: YBPSP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar